logo blog

Pentingnya Jurnal Pendidikan Berkualitas bagi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah

Pentingnya Jurnal Pendidikan Berkualitas bagi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah

Dalam keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan berbahasa tertinggi. Selain menulis, keterampilan berbahasa yang lain adalah membaca, berbicara, dan mendengarkan. Semua orang bisa menulis. Melalui handphone, gadget dan teknologi komputer, orang sudah terbiasa menyampaikan pesan melalui SMS, BBM, FB, Twitter. Ini pun akan masuk kategori menulis. Dulu orang menulis di buku diary, hari ini menulis di blog dan web. Sepertinya eksistensi seseorang di zaman sekarang diukur dari seberapa sering orang tersebut meng-up date status melalui tulisan agar dibaca banyak orang. Maka tidak heran, popularitas di dunia maya, diukur dari seberapa banyak friend atau follower yang menjadi bagian dari grupnya. Hal ini berdampak pada pesan yang disampaikan akan dibaca oleh friend atau follower mereka.



Seharusnya, dunia tulis-menulis merupakan dunia yang biasa bagi guru, kepala dan pengawas madrasah. Tuntutan guru agar memiiki kemampuan meneliti tentang proses pembelajaran yang dilakukannya hingga dilakukan perbaikan-perbaikan, akan melahirkan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tuntutan kepala madrasah agar senantiasa melakukan perbaikan dalam bidang manajerial dan akademik, menuntut kepala madrasah menuangkannya dalam bentuk laporan Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah (PTS/M). Bagi Pengawas Madrasah malah lebih istimewa. Kemampuan meneliti dan mengembangkan profesi hingga dituangkan dalam tulisan Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh Pengawas Madrasah.

Kenyataannya, jangankan menuangkan gagasan masalah penelitian tindakan, bahkan kemauan menulisnya pun masih relatif rendah. Padahal, jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah adalah lulusan Perguruan Tinggi yang pasti diwajbkan di akhir semester untuk menulis laporan akhir berupa penelitian skripsi. Guru, kepala dan pengawas madrasah juga sudah banyak yang menempuh pendidikan magister, bahkan studi lanjut di S3 untuk meraih gelar Doktor. Mereka pasti menyelesaikan Tesis dan Disertasi. Tetapi mengapa kemauan mengembangkan gagasan akademik melalui tulisan terasa terhambat dan stagnan  justru setelah mereka menjadi Sarjana, Magister dan Doktor? Hal ini mengakibatkan ilmu pengetahuan menjadi mati, dan tidak banyak karya yang dihasilkan. Kalaupun ada tulisan yang dibuat lebih pada pemenuhan aspek syarat kepegawaian untuk naik pangkat. Bukan menjadi tuntutan akademik dari gelar yang dimiliki untuk mensosialisasikan ide dan temuan baru yang bermanfaat bagi sesama.

Kondisi seperti di atas perlu segera dicarikan jalan keluar yang solutif. Workshop penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) relatif sering dilakukan, bahkan menyerap anggaran yang cukup besar. Namun tindak lanjut, pengawasan dan realisasi dari kemampuan hasil workhop KTI tersebut seringkali tidak dilakukan. Masih sebatas melakukan rutinitas berdasarkan program. Salah satu yang menjadi kendala adalah belum adanya media atau wahana untuk menuangkan tulisan tersebut atau lebih dikenal dengan istilah Jurnal. Minimnya pengetahuan aturan penulisan di Jurnal dan pengalaman Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah untuk menulis dan mempublikasikan karyanya di Jurnal ilmiah, seringkali menjadi kendala tersendiri. Oleh sebab itu, keberadaan sebuah jurnal akademik yang bereputasi dan dikelola secara professional mutlak diperlukan.

Menurut Rifai (2011), bahwa bangsa kita di tingkat dunia masih dianggap sebagai bangsa yang terbelakang dalam mempublikasikan hasil penelitan ilmiah ke dalam jurnal akademik bereputasi. Bahkan, oleh karena itu, para peneliti Barat sering menjuluki kita sebagai bangsa yang yang telah kehilangan ilmu pengetahuan, melalui ungkapan lost science in the Third World. Bayangkan, padahal begitu banyak penelitian yang telah dihasilkan, baik dalam wujud skripsi, tesis, disertasi maupun dalam wujud lain, toh tetap saja bangsa ini dianggap telah kehilangan ilmu pengetahuan. Sementara itu, tidak sedikit peneliti Barat yang sedang datang ke Indonesia untuk meneliti, kemudian menjadikan penelitiannya itu menjadi tesis, disertasi atau proyek tertentu mereka, seraya mempublikasikan karyanya ke dalam jurnal akademik bereputasi milik mereka. Pada akhirnya mereka yang memegang kendali atas otoritas ilmu dan hasil penelitian yang mereka lakukan. Sedangkan kita yang membaca hasil publikasinya, “dipaksa” harus mengutip karya dan hasil penelitian mereka, hanya karena mereka telah pertama mempublikasikan karyanya di jurnal akademik yang bereputasi.

Bagaimana agar kondisi itu tidak berkelanjutan? Caranya hanya dengan tekun berlatih menulis artikel ilmiah dan kemudian rajin mengirimkannya ke pelbagai jurnal akademik bereputasi. Andai jurnal tersebut belum terakreditasi, jangan lantas berkecil hati. Anggap saja itu sebagai wahana pelatihan menulis, asalkan jurnal itu dikelola secara baik, benar, serius, dan dengan sepenuh hati. Diperlukan orang-orang yang yang memiliki idealisme dan kemauan kuat mengembangkan diri melalui artikel ilmiah, tulisan akademik dan penelitian. Diperlukan orang-orang yang serius untuk mau melahirkan ide, mengelola dan mengurus jurnal dengan sungguh-sungguh. Jurnal ilmiah selama ini mungkin sering terdengar menjadi dominasi perguruan tinggi, dan tidak dengan organisasi profesi ataupun yang sejenisnya.

Itulah mengapa Jurnal ilmiah diperlukan di lingkungan pendidikan madrasah. Masih sangat jarang jurnal ilmiah yang secara khusus membahas tentang dunia madrasah. Padahal sangat banyak hal-hal unik, menarik dan memiliki nilai-nilai manfaat dari pendidikan madrasah yang luas serta mendalam. Tentu hal ini terjadi, jika ada yang mau menggalinya dengan serius. Sangat mungkin, telah ada ribuan penelitian yang dibuat dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi dan artikel ilmiah lainnya. Namun semua itu lebih banyak memenuhi ruangan gudang dan rak lemari perpustakaan. Sangat terbatas dan hampir jarang terdengar publikasi kepada masyarakat tentang temuan hasil kajian berkaitan dengan pendidikan madrasah, baik yang dilakukan elemen birokrasi, guru, kepala atau pengawas madrasah.

Ada kabar cukup menggembirakan. Dalam salah satu program kerja POKJAWAS Madrasah Provinsi Jawa Barat, tercantum adanya sinergitas progam antara POKJAWAS Provinsi dengan bidang pendidikan madrasah tahun 2014, yaitu pengadaan Jurnal Ilmiah Berkala. Dr. Ganjar selaku Ketua Pokjawas Provinsi Jawa Barat dalam pertemuannya dengan penulis, berencana untuk membentuk tim khusus untuk mengangani pengadaan Jurnal Ilmiah Berkala di lingkungan POKJAWAS Madrasah. Tim yang dibentuk terdiri dari unsur birokrasi dan pengawas madrasah dari berbagai jenjang. Tim diminta untuk menyusun proposal, visi dan misi Jurnal, aturan penulisan dan gaya selingkung yang akan dipakai, struktur artikel, mengorganisasikan mitra bestari dan lain sebagainya.

Hal ini tentu positif. Birokrasi yang bersentuhan dengan program dan anggaran bersinergi dengan Pokjawas yang secara teknis langsung berhubungan di lapangan dengan dunia pendidikan madrasah (guru, kepala madasah). Jika ini terjadi, tentu diharapkan akan membawa dampak yang baik terhadap upaya peningkatan minat, kemauan dan kemampuan insan madrasah untuk mau melestarikan ilmu pengetahuan tentang madrasah kepada generasi selanjutnya. Menulis artikel di jurnal ilmiah berkala tidak lagi hanya pemenuhan syarat naik pangkat dari sisi kepegawaian. Tetapi lebih dapat dijadikan sebagai ajang silaturahmi dan komunikasi antarinsan madrasah untuk mau berinteraksi satu sama lain, pembuktian terhadap kapasitas dan kompetensi insan madrasah, media sosialisasi-popularitas dan prestise, terpublikasinya temuan-temuan dan gagasan baru untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan madrasah.

Mungkin tidak terlalu berlebihan, jika suatu saat nanti, ketika POKJAWAS Madrasah dan Bidang Madrasah bersinergi dengan baik, tentu dengan telah dapat melahirkan jurnal ilmiah berkala terakreditasi dan bereputasi, maka tahapan berikutnya adalah menyelenggarakan kegiatan konferensi ilmiah yang diisi oleh keynote speaker, para penulis makalah ilmiah (yang terdiri dari guru, kepala, pengawas dan pakar pendidikan madrasah) secara paralel, dapat dilakukan. Dengan demikian, maka pendidikan Islam masih memberikan harapan sebagai solusi terhadap derasnya dampak negatif globalisasi. Semoga.

sumber : jabar.kemenag.go.id

Share this:

Enter your email address to get update from Abdi Pendidikan.

Tidak ada komentar

Copyright © 2016. Ikhlas Beramal - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger